Mengenal Halo Effect dan Implikasinya Dalam Proses Branding Produk
Pentingnya Efek Halo Dalam Proses Branding Produk
Apakah Anda pernah membeli suatu produk karena produk tersebut berasal dari brand favorit Anda? Atau, apakah Anda mempunyai merek pilihan atau merek favorit yang Anda pilih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang selalu Anda beli atau gunakan? Jika iya, Anda mungkin salah satu dari jutaan konsumen yang telah kena dampak efek Halo (Halo Effect) dari sebuah brand.
Halo Effect adalah istilah dari efek atau dampak yang diberikan dari suatu merek jika merek tersebut memiliki produk yang berkualitas baik sehingga membuat konsumen puas atau memenuhi ekspektasi dari konsumen tersebut. Pengalaman positif konsumen terhadap merek tersebut membentuk citra merek positif pada benak konsumen sehingga menghasilkan loyalitas terhadap lini produk dari merek tersebut. Bagi sebuah brand, halo effect sangat bermanfaat saat sebuah merek ingin melakukan perluasan lini produk ataupun membuat produk baru karena perubahan selera konsumen atau kebutuhan pasar, terutama dalam proses pengembangan produk baru atau digunakan dalam strategi pemasaran product life cycle.
Halo Effect ini memiliki lawan yang disebut dengan Horn Effect (efek tanduk iblis) untuk menjelaskan pengalaman buruk konsumen terhadap suatu produk. Horn Effect (efek tanduk iblis) adalah istilah untuk efek atau dampak negatif yang diberikan kepada konsumen ketika konsumen memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan atau impresi pertama yang buruk dari suatu produk, maka konsumen tersebut akan membentuk citra merek yang negatif terhadap merek tersebut dan menghubungkan pengalaman negatif yang ia alami dengan lini produk dari merek tersebut. Hal ini membuat konsumen akan berpidah ke produk atau merek yang lain.
Sejarah Halo Effect
Konsep Halo Effect pertama kali diperkenalkan pada tahun 1920 oleh seorang psikolog berkebangsaan Amerika bernama Edward. L. Thorndike. Dalam makalah Thorndike yang berjudul “A Constant Error in Psychological Ratings”, Thorndike mengamati perilaku atasan perwira militer yang harus memberi peringkat pada bawahannya. Dalam studi kasus yang diteliti oleh Thorndike, ia melihat bahwa atasan perwira militer tersebut akan memberikan penilaian atau impresi positif terhadap perwira yang lebih menarik secara fisik. Ia melihat tanpa interaksi atau komunikasi yang banyak, atasan perwira tersebut akan menganggap pria yang lebih menarik secara fisik sebagai pribadi yang lebih pintar, lebih cakap, dan memiliki kualitas kepemimpinan yang lebih baik dari perwira lain. Dalam makalah tersebut Thorndike menjelaskan bahwa satu kesan atau impresi pertama yang positif dapat menciptakan efek halo yang kemungkinan besar mempengaruhi penilaian atau persepsi terhadap kualitas individu lainnya.
Beberapa Contoh Merek Yang Berhasil Membangun Halo Effect
- Sony Corporation
Siapa yang tidak mengenal perusahaan ini? Sony Corporation merupakan perusahaan yang berasal dari Jepang dan bergerak dalam berbagai lini bisnis, seperti produk elektronik, film, musik, dan layanan keuangan. Sony terkenal dari kualitas lini produk elektroniknya terutama pada produk kamera digital, salah satu contoh yang terkenal adalah kamera dengan seri Sony Alpha, konsol games Sony PlayStation, serta produk elektronik lainnya seperti TV LCD, headphone, MP3 player, etc. Penulis juga merupakan pengguna produk Sony, khususnya untuk lini produk kamera mirrorless Sony Alpha karena kualitas foto dan kameranya yang baik. Melalui kualitas produk yang tinggi, Sony Corporation berhasil membuat produk-produk yang menghasilkan loyalitas pelanggan melalui Halo Effectnya.
2. Samsung Group
Perusahaan yang berasal dari Korea Selatan ini juga menjadi salah satu contoh perusahaan yang berhasil membangun Halo Effectnya. Salah satu lini bisnisnya yang paling sukses adalah pada industri elektronik melalui Samsung Electronics. Samsung memproduksi berbagai macam lini produk, mulai dari smartphone, kamera digital, TV LCD, MP3 player, komponen elektronik, sampai peralatan rumah tangga seperti kulkas dan mesin cuci. Samsung juga terkenal dengan pusat R&D productnya yang menjadi contoh berbagai perusahaan dunia. Melalui departemen R&D ini, Samsung membuat produk yang memberikan kepuasan kepada konsumennya serta membangun loyalitas pelanggan bagi mereknya.
3. Adidas AG
Perusahaan yang berasal dari Jerman ini juga menjadi salah satu contoh perusahaan yang berhasil membangun Halo Effect untuk mereknya. Adidas memproduksi berbagai macam produk dengan fokus pada produk untuk kebutuhan olahraga seperti sepatu, sports wear, sampai aksesoris untuk olahraga seperti tas, bola, sampai kacamata. Strategi Adidas yang terus mempertahankan kualitas portfolio produknya khususnya pada industri produk olahraga membuat Adidas menghasilkan Halo Effect bagi mereknya yang menghasilkan fans yang loyal terhadap brandnya.
Kesimpulan
Halo Effect, jika dirancang dengan baik akan menghasilkan citra merek yang menghasilkan loyalitas pelanggan bagi perusahaan. Merek-merek dari perusahaan besar di atas menjadi contoh keberhasilan dari Halo Effect yang menciptakan ekuitas merek yang unggul dibandingkan perusahaan kompetitornya. Efek halo yang berhasil akan menghasilkan brand yang bukan hanya sekedar merek tapi sudah menjadi bagian gaya hidup (lifestyle) serta komunitas bagi pelanggan setianya. Hal ini membuat konsumen bersedia membayar lebih banyak uang untuk merek yang sudah mereka kenal dan percayai. Bagi perusahaan, efek halo yang berhasil akan membantu aktivitas pemasaran untuk pengembangan produk baru berikutnya sehingga tidak akan terlalu sulit lagi untuk diperkenalkan kepada konsumen atau pelanggan setianya.