Kelahiran Impresionisme dan Filosofi En Plein Air

Vincent Aditya
6 min readSep 4, 2021

--

Berikut sejarah aliran seni impresionisme dan seniman-seniman yang mempeloporinya.

Venice, View from the Grand Canal karya Eugene Boudin (Sumber: wikiart.org)

Kritik terhadap seni akademik.

Dance at Moulin de la Galette karya Pierre-Auguste Renoir (Sumber: wikiart.org)

Pada akhir tahun 1860-an sejumlah seniman di Paris berkumpul untuk membentuk grup dengan agenda revolusioner. Seniman-seniman tersebut terdiri dari Claude Monet, Edgar Degas, Pierre-Auguste Renoir, dan Alfred Sisley. Hal yang menyatukan seniman-seniman tersebut adalah keinginan untuk terlepas dari pakem-pakem gaya seni akademik (academic art) dan memperkenalkan gaya seni lukis baru. Pada saat itu academic art masih menjadi gaya seni yang populer di Prancis. Lukisan-lukisan dengan gaya portrait, still life dengan tema religius dan sejarah masih mendominasi dunia seni Prancis. Tujuan utama sebagian besar dari seniman-seniman pada saat itu adalah membuat lukisan realis dengan tingkat detail yang tinggi. Para seniman-seniman tersebut menggunakan warna gelap dan lembut, sapuan kuas yang dibuat dengan hati-hati, dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di studio untuk mematangkan kemampuan melukis mereka. Para seniman impresionis bertujuan untuk terbebas dari semua pakem-pakem gaya seni akademik tersebut.

Gaya dan teknik melukis yang baru.

The Cours la Reine at Rouen Morning, Sunlight karya Camille Pissarro (Sumber: wikiart.org)

Everything painted on the spot has a strength,
a power, a vividness.
1888 | Eugène Boudin

Berbeda dengan gaya melukis oleh para seniman-seniman seni akademik, para seniman impresionis memiliki ciri khas sapuan kuas dengan garis-garis pendek dan tipis. Tema-tema lukisan juga sebagian besar adalah lukisan pemandangan luas atau pemandangan terbuka. Mereka juga sering memilih adegan dan subjek sehari-hari untuk lukisan mereka, sebagai lawan dari tema-tema lukisan potret yang menampilkan sosialita orang kaya atau lukisan bertema agama dan sejarah. Seniman lain umumnya lebih suka melukis adegan statis, tetapi para seniman impresionis menekankan gaya melukis dengan gerakan dan gagasan menangkap momen secara real time pada saat melukis. Pada saat itu para seniman sebagian besar melukis pemandangan alam dari sebuah studio, kaum impresionis mengadopsi metode melukis yang sama sekali baru yaitu melukis langsung di alam bebas atau tempat terbuka. Filosofi atau metode melukis ini disebut en plein air.

En plein air (in the open air)

The Pointe of Heve karya Claude Monet (Sumber: wikiart.org)

Kaum Impresionis adalah penganut kuat filosofi lukisan baru yang bernama en plein air atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “di udara terbuka”. Di masa lalu, melukis di luar ruangan menimbulkan sejumlah masalah bagi para seniman. Pertama, perubahan kondisi cahaya dan cuaca mengharuskan seniman bekerja dengan cepat. Paparan udara luar dan cuaca buruk seperti angin kencang dan hujan juga dapat menyebabkan cat mengalir dengan cara yang tidak terduga atau memaksa pasir dan kotoran lainnya masuk ke dalam lukisan. Proses pencampuran cat memakan waktu dan tidak terlalu kondusif untuk pekerjaan di luar ruangan, dan easel (sandaran kanvas) pada saat itu berukuran besar dan tidak praktis untuk dibawa-bawa.

Pada tahun 1841, seniman John G. Rand menemukan cat minyak yang dapat dikemas dalam tabung dan mudah dibawa oleh seniman yang bekerja di luar ruangan. Pada sekitar waktu yang sama, jenis easel baru yang disebut “easel kotak” ditemukan. Easel baru ini lebih portabel memungkinkan seluruh easel dapat dilipat ke ukuran tas kerja. Easel tersebut juga menyediakan tempat untuk kuas, cat, dan alat lainnya. Dengan kemajuan baru ini, seniman dapat dengan mudah membawa semua yang mereka butuhkan untuk melukis di luar sepanjang hari.

Ilustrasi easel portabel. (Photo by James Thorburn on Unsplash)

Gaya impresionisme sendiri berakar langsung di Prancis khususnya pada gaya realisme dan naturalisme yang berkembang pada tahun 1840-an dalam karya seni pelukis seperti Gustave Courbet dan seniman Barbizon, yang bekerja di Hutan Fontainebleau. Para seniman impresionis muda terpengaruh oleh gagasan Courbet bahwa pengalaman seniman itu sendiri dan pemandangan dari kehidupan sehari-hari adalah subjek yang cocok untuk seni. Mereka juga terinspirasi oleh pelukis Barbizon, seperti Millet, yang menunjukkan bahwa mungkin untuk menghasilkan lukisan lanskap tanpa asosiasi sejarah, tetapi bersumber pada musim, waktu, dan tempat tertentu.

Didorong oleh contoh seniman Barbizon yang sering melukis di luar studio mereka. Para seniman impresionis meninggalkan studio mereka dan berkelana ke daerah pedesaan dan kota. Pada saat yang sama, mereka menjauh dari palet warna yang disukai oleh generasi sebelumnya, mengadopsi tujuan murni dari melukis itu sendiri dengan warna dan sapuan kuas yang lebih kecil dan lebih terfragmentasi untuk merekam efek sesaat dari cahaya.

Out of the Salon

La Grenouillere karya Pierre-Auguste Renoir (Sumber: wikiart.org)

Pameran perdana untuk karya seni di Prancis pada abad kesembilan belas adalah Salon de Paris yang merupakan pameran lukisan dan patung publik tahunan yang menarik perhatian seniman dari seluruh dunia. Sementara beberapa seniman impresionis berhasil memamerkan karya mereka di pameran tersebut, sebagian besar lukisan radikal mereka dianggap tidak memadai dan ditolak masuk.

Pada tahun 1863, Napoleon III membuat pameran terpisah yang dijuluki Salon des Refusés (Salon of the Refused) untuk menampilkan karya yang ditolak masuk ke pameran Salon de Paris, tetapi ini tidak banyak meredakan kemarahan seniman impresionis yang merasa dilecehkan.

Pada tahun 1873, beberapa pelukis impresionis mendirikan Société Anonyme Coopérative des Artistes Peintres, Sculpteurs, et Graveurs (Asosiasi Pelukis, Pematung, dan Pemahat Kooperatif dan Anonim) untuk mengadakan pameran terpisah dari Salon de Paris. Pameran pertama mereka terjadi pada tahun 1874 yang menampilkan karya seni dari tiga puluh seniman. Tidak mengherankan, tanggapan kritis dari sebagian kritikus seni cukup keras. Seorang kritikus seni, Louis Leroy, tersinggung dengan lukisan Claude Monet yang berjudul Impression, Soleil Levant (Impression, Sunrise). Leroy mengatakan bahwa karya para seniman “Impresionis” sebagai karya sketsa yang belum selesai.

Impression, Soleil Levant (Impression, Sunrise) karya Claude Monet (Sumber: wikiart.org)

Kelompok seniman yang secara resmi dikenal sebagai kaum “Impresionis”, mengadakan tujuh pameran lagi dalam dua belas tahun berikutnya, meskipun anggotanya berfluktuasi. Kelompok itu juga diganggu dengan masalah-masalah internal seperti ketidaksepakatan atas gaya impresionisme serta siapa yang harus diizinkan untuk bergabung dengan pameran mereka. Selain itu, sementara banyak orang dalam kelompok tersebut membenci pameran Salon de Paris, banyak seniman impresionis yang terus mengirimkan karya mereka untuk pameran tersebut. Beberapa karya mereka bahkan diterima di sana, terutama karya seniman Édouard Manet, Claude Monet, Renoir, dan Sisley.

Pada tahun-tahun berikutnya gaya impresionis semakin kuat dan berkembang dan menarik perhatian masyarakat. Beberapa pelukis impresionis mencapai kesuksesan baik itu dari segi popularitas maupun finansial yang merupakan hasil langsung dari pameran mereka. Renoir dan Monet menjadi terkenal selama dan setelah pameran impresionis berlangsung dan keduanya mencapai kesuksesan finansial pada tahun-tahun berikutnya. Banyak seniman lain terinspirasi dan mulai meniru gaya mereka, dan pada akhir tahun 1880-an karya seniman impresionis bahkan dapat dilihat di pameran Salon de Paris.

The Promenade, Woman with a Parasol karya Claude Monet (Sumber: wikiart.org)

Para seniman impresionis awal juga menginspirasi banyak seniman-seniman post-impresionis yang karya-karyanya menjadi terkenal dan menjadi bahan studi pada ilmu seni rupa modern saat ini. Beberapa seniman post-impresionis tersebut antara lain Paul Cezanne, Georges Seurat, dan Vincent van Gogh.

Sumber:

Art 101: From Vincent Van Gogh to Andy Warhol, Key People, Ideas, and Moments in the History of Art oleh Eric Grzymkowski

Art That Changed the World

--

--

Vincent Aditya

Creative Manager & Graphic Designer | M.M. in Marketing Management